Senin, 09 Juli 2012

Psikologi?

malam ini jadi ingat alasanku pengen masuk psikologi.

dulu, sejak di bangku SMP, aku udah pengen banget masuk psikologi.
keingininan itu ternyata semakin kuat ketika aku masuk aliyah, karena disana aku mulai belajar tentang, tasawuf.

psikologi itu tasawuf banget, bisa aku bilang.

ada quote yang berbunyi seperti ini :
man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu..
barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri, maka tentu akan mengenal Tuhannya.

waktu itu, lagi seneng banget sama pelajaran kalam-tasawuf..
kebetulan juga dapet ustadz-ustadz yang bisa ngedongin kita-para siswa- walau materinya berat.
dari situ, keinginan untuk ngenal diriku sendiri jadi semakin besar,
yang tujuannya-dan menjadi doa selalu-yaitu supaya bisa mengenal Tuhan dengan lebih dekat  

setelah brusaha mendaftar di beberapa perguruan tinggi, yang memang hanya psikologi aja yang aku coba daftarkan dan hanya di wilayah jogjakarta, akhirnya aku keterima masuk di psikologi uin jogja.
itu, menjadi sebuah sesuatu yang disyukuri tetapi jujur saya sedikit merasa kecewa, karena kesempatan untuk kuliah di perguruan tinggi yang saya utamakan, belum didapat.

singkat cerita, ternyata materi-materi kuliah  awal-awal itu tentang teori dari para dedengkot psikologi barat sebagai pioneer. awal kuliah saya memang agak kurang bergairah, sedikit minder karena suatu hal. dan menjadi pasif di kelas.
keinginanku masih ada untuk mempelajari tentang psikologi Islam, dan saya haqqul yaqin bahwa semua ajaran agama yang saya dapat, minimal, dapat menjadi main theory dari psikologi. 
dan saya selama kuliah, sering sekali menemui teori-teori psikologi barat yang sama dan hampir sama dengan pegetahuan agama yang saya punya. misalnya saja, tentang yang istilah baratnya "positive thinking". dalam istilah Islam, hal tersebut disebut husnudzon. yang mana "berprasangka baik" tersebut dapat dijadikan sebagai senjata dalam memperoleh hidup yang bahagia dengan mengolah dan mengontrol mindset kita dalam berkehidupan sehari-hari. namun, sepertinya, istilah positive thinking lebih sering dipakai dalam interaksi sehari-hari daripada istilah husnudzon. (berdasarkan pengamatan saya terhadap beberapa penayangan kabar baik berupa infotainment, news, dan lain-lain). apakah ini sebagai sebuah bentuk keminderan umat Muslim hanya untuk menyebutkan istilah islami yang dimilikinya?

dari perkuliahan yang saya dapat sampe semester empat ini, saya belum mendapatkan apa yang saya inginkan sejak aliyah tersebut. ya meskipun bisa dibilang, saya bisa juga disebut sebagai mahasiswi yang sekaligus rawat jalan sambil kuliah ini. beberapa hal dapat saya perbaiki, namun secara keseluruhan, sepertinya rohani dan batin saya masih kosong. mungkin jawabannya, saya kurang berintrospeksi diri dan muhasabah diri yang masih jauh dari kata maksimal. 

oke, semangat lagi aja buat kuliahku di semester depan, semester 5. 

"temukan apa yang belum kamu temukan"
dan fokus pada apa yang udah kamu punya, sebagai seorang Muslimah dan sebagai seorang Indonesia.. 
serta sebagai anak Babah dan Mamah. :)

wish me luck then ..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar