Minggu, 13 November 2016

Hanya di Dapur

Keresahan yang tiba-tiba menyeruak,
dari tungku-tungku api yang dibakar,
oleh Ibu yang sengaja menyisihkan rasa lelahnya,
lantas menyiapkan rebusan air untuk minum susu anak-anaknya..

Ibu, kau ini siapa?
apakah Kau suka dengan lagu-lagu melayu yang sering terdengar dari televisi?
atau Kau lebih suka memandikan anak-anakmu setiap menit dengan jeburan doa dari tungku apimu?

Kau pergi ke sungai, Kau membawa surga.
Kau pergi ke kamar mandi, Kau membawa surga.
Kau pergi ke atas ranjang, Kau membawa surga.
Kau pergi ke pasar, Kau membawa surga.

dan di dapur itu, di pinggir tungku api itu,
surgamu terpengaruhi oleh asap dari kayu-kayu yang terbakar.
menyisakan kecemasan sekaligus kebahagiaan,
karena anak-anakmu tak perlu repot mencari surga.
dia hanya ada di dapur, di dekat tungku api, di kaki yang selalu mencari kayu bakar..

Setelah 2 tahun...

Assalamualaikum,

kangeeeennnnn ngebloooggggg..
dua tahunnn bukan waktu yang singkat untuk menahan rindu lebih lama buat bikin postingan-postingan terbaruuu..

Terharu rasanya ketika log in lagi ke blogger setelah sekian lamaaaaaa
 terus buka isi blog, draft, template, layout, dan segala macemnyaaa..
Blog ini yang sudah membersamai beberapa momen terpenting sepanjang perjalanan usia..

Sudah dulu ah. Ta lanjutin kangen-kangenan sama blog ini dulu.
Dadah. Wassalamualaikum.. :D

Senin, 07 Juli 2014

Doa

aku akhirnya berdoa, supaya apapun kondisi, aku dikembalikan ke keadaan religius..
terlebih bertepatan dengan bulan Ramadhan, semuanya dirasa tidak ada yang sia-sia.

dan, doa. Doa menjadi jembatan, bukan antara keinginanku dan kehendakNya, tapi antara rasa menyesalku dengan Berbagai keMahaan-Nya.. Doa akan menjadi sebagai alasan kita menghaturkan segala kerinduan, di tengah rasa kerendahan hati, rasa takut dan pengharapan dalam hidup..

doa juga bukan sebagai tanda untuk 'memaksakan' keinginan kita kepada kehendak dan ketentuanNya, melainkan malah sebagai tanda untuk menunjukkan kemenyerahan yang dalam atas segala yang akan ditentukan pada kita sebagai seorang ciptaan.

ya, doa adalah wujud dari pengakuan atas keMaha Agungan dan keMaha Sucian Tuhan, atas segala kelemahan dan kedzaliman diri.

Subhaanaka, innii kuntu min adz dzaalimiin..

Jumat, 06 Juni 2014

Ruang Putih

apakah tidak baik jika ku taruh rapat-rapat semua inginku?
hanya akan kusisakan sebuah ruang tanpa perabot berwarna putih untukku kembali pulang, dan sengaja akan kubuat kedap suara supaya jika aku menangis aku tidak perlu menyembunyikan wajahku di balik bantal.

semua kondisi seperti bernyawa. Mereka memilih untuk pergi, melepaskan diri dari kelemahanku. Mereka seolah tak ingin semakin menumpuk dosa akibat telah berbuat sesuatu yang membuatku sedih. Dan apesnya, mereka tidak meninggalkan apapun, selain kenangan yang merongga besar. Dan akibat dari semua ini, di masa depan terjadilah sebuah keengganan untuk menguak cerita masa lalu.

ah, betapa terkuras emosi ketika tanpa sengaja menguak masa lalu -apalagi jika itu disengaja.

keberuntungan dan ketidakberuntungan tidak terikat oleh waktu. Setiap masa, baik masa lalu, masa sekarang, maupun masa depan, pasti terliputi oleh dua hal itu.

sempat terpikir, banyak sekali orang yang menginginkan keberuntungan, ingin terhindar dari kelemahan, ketakberdayaan dan semua hal yang tidak menguntungkan, tapi hidup ini merupakan sekumpulan kata-kata yang bertolak belakang : kaya-miskin, senang-susah, dan yang lainnya, sehingga tidak mungkin orang di dunia ini beruntung semua. Jadi, saya berpikir, mungkin orang-orang tidak mampu hidup tidakberuntung, jadi apakah saya harus seolah 'meminta' supaya menjadi orang tidakberuntung, demi keseimbangan kehidupan ini? Asal dengan syarat, hatiku dilapangkan? Haruskah seperti itu? Atau tidak perlu, karena bisa jadi ketidakberuntungan itu akan datang sendiri tanpa diminta?

ruang putih ini, semakin sesak saja oleh hal-hal yang tak terlihat, yang keluar dari pikiranku. Kali ini, wajahku tidak berada di balik bantal.